Inilah Beberapa Pertanda Indonesia dalam Krisis

Inilah Beberapa Pertanda Indonesia dalam Krisis – Tren pelemahan rupiah serta tingginya suku bunga saat ini membuat spaceman ekonomi Indonesia dalam ancaman. Bila kondisi ini terus berlanjut maka beragam dampak buruk bisa menghantam Indonesia, mulai dari ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga daya beli melemah. Data-data ekonomi yang ada saat ini cukup memberikan kecemasan bagi berbagai pihak. Begitu pula dengan harga barang yang terus mengalami kenaikan di tengah daya beli masyarakat yang tidak dalam performa terbaiknya.

Suku Bunga Acuan Tinggi

Per Maret 2024, suku bunga acuan BI berada di level yang cukup tinggi yakni 6%. Posisi ini sama dengan November 2018. Level BI rate saat ini adalah yang tertinggi sejak Juli 2016 atau enam tahun lebih. Sementara suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. Suku bunga yang tinggi ini berdampak kepada kredit yang berpotensi akan semakin mahal. Jika bunga kredit terus merangkak naik, maka masyarakat cenderung tidak mau untuk mengambil kredit baik secara perorangan maupun perusahaan untuk ekspansi bisnis. Alhasil, pertumbuhan ekonomi pun dapat terganggu.

Harga Pangan Ikut Melonjak Tinggi

Stabilitas harga pangan sangat penting di Indonesia mengingat jumlah penduduknya mencapai 270 juta. Tingginya harga pangan dasar akan mengganggu konsumsi masyarakat. Sebagai contoh, harga bawang merah masih terus bergerak naik, bahkan di slot olympus wilayah pasar di DKI Jakarta harganya tembus mencapai Rp80.000 per kg atau naik 100% dari harga normal di kisaran Rp35.000-40.000 per kg. Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), Mujiburrohman mengatakan kenaikan harga bawang merah saat ini tidak lepas dari gangguan pasokan bawang imbas musim hujan serta naiknya ongkos transportasi pasca lebaran.

Harga beras juga masih cukup tinggi. Sepekan lalu, 10 April 2024, harga beras premium masih di Rp16.360 per kg dan beras medium di Rp14.120 per kg. Harga tersebut adalah rata-rata harian nasional di tingkat pedagang eceran. Sebelumnya, harga beras di dalam negeri terpantau terus melonjak hingga berulang kali pecah rekor. Harga beras premium sempat menembus level Rp16.500 per kg dan beras medium tembus Rp14.500 per kg. Harga beras memang terus mengalami kenaikan sejak Agustus 2022 lampau. Pada saat itu, harga rata-rata bulanan nasional untuk beras premium adalah Rp12.310 per kg dan harga beras medium di Rp10.700 per kg.

Porsi Pengeluaran Untuk Konsumsi terus Menurun

Data Bank Indonesia menunjukkan porsi pengeluaran responden untuk konsumsi terus mengalami penurunan. Secara total dari Januari 2024, porsi konsumsi berada di 74,6% dan menurun menjadi 73,6% pada Maret 2024. Penurunan ini juga terlihat untuk hampir keseluruhan responden dengan berbagai rentang pengeluaran. Bagi responden dengan pengeluaran Rp1-2 juta, porsi konsumsi turun dari 77,8% menjadi 76,6% dari Januari hingga Maret 2024. Pada periode yang sama, responden dengan pengeluaran Rp3,1-4 juta, porsi konsumsi juga menurun dari 73,6% menjadi 73,2%.

Begitu pula dengan responden pengeluaran Rp4,1-5 juta yang memiliki porsi konsumsi dari 71,3% menjadi 70,5%. Lebih lanjut, responden dengan pengeluaran lebih dari Rp5 juta per bulan, memiliki porsi konsumsi yang menurun dari 66,1% menjadi 65,8%. Bagi kalangan pengeluaran Rp 1-2 juta, tingkat konsumsi meski sudah menurun tetapi sudah sangat tinggi yakni di atas 75%. Artinya, mereka hanya menyisakan pengeluaran kurang dari 25% untuk kebutuhan lain seperti pendidikan dan transportasi. Bagi kelompok pengeluaran Rp 1-2 juta, konsumsi yang menurun ini bisa menandai daya beli yang melemah.

Dolar Naik, Rupiah Jeblok

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) (DXY) cenderung mengalami kenaikan belakangan ini. Pada pertengahan Maret 2024, DXY berada di angka 103 dan pada 22 April 2024 menguat menjadi 106 atau naik sebesar 2,91%. DXY yang melonjak ini memberikan tekanan bagi rupiah. Pada pertengahan slot bet 100 Maret 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berada di angka Rp15.575/US$. Namun pada 19 April 2024 ambruk ke level Rp16.250/US$1. Mata uang Garuda terus tertekan dan sudah ambruk hampir 2% sepanjang April ini.

Pertumbuhan Kredit Menurun

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan kredit mencapai 11,28% secara tahunan (yoy) per Februari 2024 menjadi Rp7.095 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan Januari yang tumbuh 11,83% yoy. Berdasarkan jenis penggunaan, mayoritas pembiayaan untuk Rumah Tangga (RT) pada Februari 2024 mengalami kemunduran untuk Kredit Multi Guna (KMG) yakni dari 39,3% menjadi 37,7%. Jenis pembiayaan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) juga lebih rendah menjadi 22,6%. Begitu pula dengan kredit peralatan RT yang menurun menjadi 12% dari sebelumnya yang berada di angka 12,9%.

Penjualan Mobil Menurun

Penjualan mobil mengalami penurunan pada tiga bulan pertama2024. Berdasarkan data penjualan mobil PT Astra International Tbk, penjualan wholesales (pabrik ke dealer) terkoreksi 23,8% year on year (YoY). Angkanya menjadi 215.069 unit pada periode Januari-Maret 2024, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 282.601 unit. Kredit yang lebih selektif dalam proses leasing atau perusahaan pembiayaan menaruh perhatian bagi produsen mobil, salah satunya Toyota. Alhasil, ini dapat berdampak kepada penjualan yang menurun. “Cuma yang kita concern adalah penurunan dari ekonomi, salah satunya dari kredit. Apakah terus apa tidak, nggak tahu. Kredit juga sekarang lebih selektif, informasi dari teman-teman kredit, NPL ada peningkatan. Ini impact terhadap market juga,” ujar Direktur Marketing Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy beberapa waktu lalu.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *